Mobil Pelaku Terekam Kamera CCTV
Hanya berbekal gambar mobil Suzuki APV warna biru muda metalik yang terekam di CCTV (Closed Circuit Television) Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Jl Kenjeran, anggota Satlantas Polrestabes Surabaya berhasil mengungkap kasus tabrak lari yang menewaskan Rony Sahertian, 33, warga Perumahan Wiguna Selatan IV/34, Surabaya.
Peristiwa di depan SPBU Jl Kenjeran itu terjadi Selasa, 7 September atau tiga hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Polisi berhasil mengungkap kasus itu setelah meng-ubek-ubek puluhan mobil APV selama 38 hari, atau menjelang 40 harinya korban tewas.
“Kasus ini agak lama terungkap karena minimnya data. Bahan penyelidikan yang kami miliki sangat minim. Tapi anggota kami intensifkan untuk mencari mobil APV yang punya warna serupa,” tutur Kasat Lantas Polrestabes Surabaya AKBP Valentino Tatareda, Kamis (21/10).
Bahan penyelidikan minim karena dalam rekaman CCTV sama sekali tak terlihat nomor polisi (nopol) mobil pelaku. Jadi, bekal polisi hanya mobil APV warna merah muda metalik.
AKBP Valentino Tatareda kemudian menceritakan kronologi kasus hingga tertangkapnya pelaku, Kristiawan, 25, warga Jl Kapas Madya IV B/26, Surabaya.
Pada Selasa (7/9) sekitar pukul 16.00 WIB, beberapa jam setelah tabrak lari, AKBP Valentino mengumpulkan penyidik dari Satlantas dan Tim Khusus yang biasa mangkal di jalanan. Ia menginformasikan sekitar pukul 11.30 WIB ada tabrak lari di depan SPBU Jl Kenjeran.
Korbannya tiga orang. Satu tewas di lokasi kejadian yakni Rony Sahertian, 33, pengendara motor Yamaha Mio L 2691 CZ. Sedangkan dua orang lainnya berboncengan dengan motor nopol L 6003 RU, yakni M Zainul Milach, 16, warga Gadukan Baru, Krembangan; dan Andy Setyawan, 15, warga Jl Kalianak Barat. Keduanya luka serius di tangan dan kaki dan dilarikan ke RS Haji Sukolilo. Sedangkan Rony dievakuasi ke mayar mayat RSU Dr Soetomo.
Anggota Satlantas yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) hanya menemukan sebuah footstep sebelah kanan milik mobil APV.
Keterangan yang dikumpulkan di TKP juga tidak banyak. Hanya diketahui dari petugas SPBU bahwa mobil itu baru saja mengisi bensin di SPBU Jl Kenjeran. Itu dikuatkan dengan rekaman CCTV yang dimiliki SPBU. Namun, tidak diketahui nopol mobil tersebut, karena rekaman kamera pengawas milik SPBU itu tidak bisa di-zoom untuk melihat jelas nopol kendaraan.
Menurut AKBP Valentino, Satlantas kemudian melibatkan Satuan Intelkam Polrestabes Surabaya. Penyidik Satlantas dan seluruh Tim Khusus (Timsus) dilibatkan untuk memelototi mobil warna biru muda metalik yang melintas di beberapa jalan di Surabaya. Sementara, penyidik terus blusukan untuk mencari data tentang ciri pelaku. Informasi yang diperoleh, penabrak mengenakan cincin akik tiga buah di jari kanan.
Ada juga penyidik yang bertugas mengevaluasi jumlah mobil warna biru muda metalik yang ada di Surabaya. Penyidik yang dilibatkan di antaranya Aiptu Eko Veriyanto, mantan Kanit Laka Polres Surabaya Timur, juga Briptu Candra Anom, Aiptu Sugeng Wahbiono, Aiptu Khoirul A, dan Bripka Daryono.
Penyidik mengerucutkan pemilik APV biru muda metalik hanya di Surabaya Timur. Karena pada hari kedua pascatabrakan tersebar informasi APV itu sering isi bensin di SPBU Kenjeran.
Ternyata di Surabaya Timur ada 27 mobil APV biru muda metalik. Setelah dicermati lagi, tinggal 8 mobil. Diperkecil lagi jadi tiga mobil, akhirnya dikerucutkan tinggal satu mobil dengan pelat nomor L 1569 FV atas nama Gatot Susanto beralamat di Jl Kapas Madya IVB/61.
Mobil Dijual
Penyidik mengalami kesulitan karena mobil itu sudah dijual ke Slamet beralamat di Mulyorejo Pertanian pada 18 September senilai Rp 110 juta. Penjualan mobil berlangsung pada 11 hari setelah peristiwa tabrak lari. Dan pada 28 September, mobil itu dijual ke showroom di Jl Kertajaya senilai Rp 109 juta.
“Penyidik kian mengintensifkan pemeriksaan,” tutur AKBP Valentino didampingi penyidik Aiptu Eko Veriyanto.
Gatot yang diperiksa tidak langsung mengakui mobil itu telah menabrak Rony Sahertian di depan SPBU Kenjeran. “Kata Gatot waktu itu, mobil itu benar miliknya, tapi dia mengaku tidak bisa nyetir. Mobil itu dibawa sopirnya,” ungkap Kasat Lantas menirukan ucapan Gatot.
Setelah dicecar siapa yang membawa APV L 1569 FV waktu itu, Gatot terkesan menutupi. Bahkan Gatot mengucapkan bersedia membantu keluarga korban. Penyidik tidak patah arang, akhirnya terungkap jika yang mengendarai mobil adalah anak Gatot bernama Kristiawan. Setelah itu Kristiawan dijemput di rumahnya Jl Kapas Madya IVB/26, Kamis (14/10).
Menurut Kristiawan yang ditirukan penyidik, dua hari setelah kejadian ia sebenarnya tahu dari teman-temannya bahwa orang yang ditabrak, meninggal dunia dan dua orang lagi dilarikan ke RS Haji Sukolilo.
Kristiawan mengaku waktu keluar dari SPBU terburu-buru setelah menerima telepon. Dia mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Tanpa melihat dua motor tengah melintas dari barat ke timur, mobil itu langsung nyelonong dan motor mengenai pintu kanan depan. Katanya, pintu depan sampai penyok, namun sudah diperbaiki.
Bagaimana dengan keluarga korban setelah tahu yang menabrak ditangkap? “Ibu, kakak, dan adik korban sudah datang ke Satlantas memberikan ucapan terima kasih atas kinerja polisi. Sepertinya pihak keluarga tidak bisa terima atas kecelakaan itu,” ungkap Valentino.
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Drs Coki Manurung mengaku salut terhadap kinerja anak buahnya. “Ini salah satu bukti layanan polisi pada masyarakat. Anggota yang berhasil akan kami beri reward,” tuturnya.
Sementara itu, keluarga korban mengucapkan terima kasih kepada petugas Satlantas Polrestabes Surabaya. “Polisi sudah bekerja keras untuk mencari pelaku tabrak lari adik saya. Saya terima kasih dan menyerahkan kasus ini ditangani dengan baik,” kata Syeni Andreas, 46, kakak tertua almarhum Rony Sahertian.
Menurutnya korban selama ini adalah tulang punggung keluarga. Korban bekerja di toko bahan bangunan di Tanjung Perak bagian penagihan. “Rony ini yang paling muda, ia tinggal bersama mama, selama ini Rony menjadi tulang punggung keluarga,” katanya.
Saat dikabari kejadian tabrak lari yang mengakibatkan adiknya tewas, Syeni berpikiran jika orang yang menabrak itu sangat tega. “Orang kok tega banget, coba kalau ada anggota keluarganya yang mengalami,” ungkapnya.
Namun, ia yakin si pelaku bakal tertangkap. Jika polisi tidak menemukan pelaku, Syeni berkeyakinan roh adiknya itu yang akan mencari. nmif/iit